Strategi Jitu Jawab Pertanyaan Wawancara Kerja: Jujur dengan Cara yang Positif

Wawancara kerja bisa menjadi pengalaman yang membuat gugup, dan wajar karena Anda ingin memperlihatkan sisi terbaik diri Anda. Namun, pada saat membahas kelebihan dan kelemahan Anda saat wawancara, akan ada garis tipis antara perlu menyampaikannya secara jujur tetapi hal itu sama saja dengan menyampaikan kekurangan yang ada pada diri sendiri. Jadi, seberapa jujur sebaiknya Anda dalam sebuah wawancara? Jawabannya adalah: tergantung.

Menurut ahli negosiasi, Mori Taheripour, bersikap jujur dalam wawancara itu penting, tetapi harus memiliki strategi dalam memilih hal apa yang akan Anda sampaikan. “Anda ingin jujur, tetapi Anda juga jangan sampai tidak memperlihatkan sisi terbaik Anda,” katanya dalam wawancara dengan Welcome to the Jungle. Pendekatan ini memungkinkan Anda untuk menunjukkan bahwa ada ruang untuk menampilkan versi terbaik Anda dengan tetap menyampaikan kekurangan diri sendiri secara jujur.

Salah satu pertanyaan yang paling sering muncul selama wawancara adalah tentang kelemahan (“weaknesses”). Taheripour menyarankan untuk menggunakan kesempatan ini untuk memperlihatkan sikap self-awareness, sikap proaktif, dan keterbukaan untuk mau belajar dan berkembang. Sangat penting untuk menunjukkan bahwa Anda memahami perlu meningkatkan kapasitas diri sebagai kekurangan dan menjelaskan apa yang perlu dilakukan untuk mengatasi kekurangan tersebut. Cara ini menunjukkan bahwa Anda bersedia belajar dan berkembang, yang sangat dihargai oleh kebanyakan pewawancara.

Ketika membahas masalah pribadi, misalnya tanggung jawab mengurus keluarga, Taheripour menyarankan untuk berhati-hati. Meskipun penting untuk jujur tentang situasi Anda, penting untuk mengukur budaya perusahaan dan reseptivitas pewawancara sebelum membagikan informasi pribadi. “Budaya calon perusahaan, menurut saya, menentukan seberapa nyaman Anda melakukannya,” katanya.

Membagikan informasi pribadi bisa jadi sensitif, dan sangat penting untuk hanya mengungkapkannya ketika relevan dengan pekerjaan atau ketika calon perusahaan memiliki budaya keterbukaan dan inklusivitas. Namun, jika Anda memutuskan untuk mengungkapkan informasi pribadi, Taheripour menyarankan untuk mengemasnya dengan cara yang positif, elegan. Misalnya, Anda bisa menjelaskan bagaimana tanggung jawab mengurus keluarga yang telah mengajarkan Anda keterampilan berharga seperti manajemen waktu, mengorganisir pekerjaan, dan multitasking.

Kesimpulannya, kejujuran tentang diri sendiri adalah selalu menjadi dasar utama, tetapi harus memperlihatkannya secara strategis. Jujurlah tentang kelebihan dan kelemahan (“strengths and weaknesses”), tetapi sampaikanlah dengan cara yang positif, elegan. Tunjukkan bahwa Anda memiliki kesadaran, proaktif, dan terbuka untuk mau belajar dan berkembang. Ketika tiba pada pembahasan masalah pribadi, berhati-hatilah dan ukur budaya perusahaan sebelum membagikan informasi sensitif. Dengan strategi ini, Anda dapat menampilkan diri (“presenting your-self”) dengan cara terbaik sambil tetap menjadi diri sendiri. [AZM]