Ilustrasi PHK. Source gambar: CNBC Indonesia
Isu resesi yang akan terjadi pada tahun 2023 semakin ramai diperbincangkan. Berbagai prediksi keadaan ekonomi global di tahun 2023 telah banyak dianalisa & disampaikan oleh para ahli ekonomi dari mulai pandangan optimistik hingga keadaan ‘ekonomi gelap’. Tak heran, karena melihat kenaikan laju inflasi dan resiko stagflasi yang diprediksikan akan terjadi.
Akibat dari hal ini, tidak sedikit perusahaan yang melakukan efisiensi secara ketat guna menyelamatkan bisnis yang sedang berjalan, tak terkecuali perusahaan startup. Bisa kita lihat saat ini melalui media pemberitaan dari berbagi sumber bahwa banyak perusahaan startup yang sudah melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sebagai langkah antisipatif efisiensi perusahaan. Dilansir dari situs berita nasional CNBC Indonesia bahwa saat ini beberapa perusahaan startup sudah melakukan PHK sebanyak hampir 5.000 orang di awal November 2022.
Ilustrasi PHK. Source gambar: katadata.co.id
Keadaan ini tentu saja tidak mudah, baik bagi pekerja dan juga bagi perusahaan. Berbagai langkah strategis tentu perlu dilakukan oleh perusahaan guna mempertahankan bisnisnya. Namun, melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) bukanlah satu-satunya langkah efektif dan tepat untuk dilakukan dalam menghadapi keadaan saat ini. Ada berbagai langkah lain yang bisa dilakukan seperti mengevaluasi model bisnis, evaluasi ekosistem kerja & partnership, serta melakukan evaluasi pengembangan SDM.
Diharapkan berbagai perusahaan bisa menemukan strategi win-win solution bagi bisnis & pekerjanya, sehingga tidak menimbulkan kerugian dari kedua belah pihak. Salah satu caranya adalah dengan mendorong para pekerja untuk cepat beradaptasi serta melakukan kesiapan SDM untuk menghadapi badai ekonomi ini, sehingga selamatnya bisnis dari resesi bukan karena menghilangkan banyak pekerja, tetapi justru menjadikan pekerja itu sendiri sebagai tim penyelamat atau ‘business rescue’ bagi perusahaannya sendiri.