Kreativitas pada Calon Karyawan: Apakah dapat diprediksi melalui Kepribadian?

Tim Penulis: Tim penulis: Aisha Faisal Alwini, Kendisza Larassati

Saat ini banyak perusahaan atau tempat kerja start-up yang berkembang di Indonesia. Start-up merupakan perusahaan yang mengacu pada sebuah perusahaan yang baru dirintis atau belum lama berjalan, yang mana biasanya memerlukan ide baru dan kreativitas yang tinggi. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat hingga saat ini sudah terdapat lebih dari 2.100 start-up di Indonesia. Hingga September 2021, terdapat 7 Unicorn dan 2 Decacorn yang telah merambah ke pasar ASEAN (Mirayanti, 2021). Hal ini tidak menutup kemungkinan pada beberapa tahun ke depan jumlah perusahaan start-up akan mengalami kenaikan. Terutama di era pandemi yang memaksa masyarakat untuk tetap berada di rumah, perusahaan-perusahaan start-up perlu bertahan dengan mencari cara agar perusahaan tetap berjalan dan tidak kehabisan ide dalam menciptakan inovasi yang kreatif ke pasar.

Dengan peningkatan ini, tidak menutup kemungkinan lowongan pekerjaan akan meningkat pula. Perusahaan start-up yang dibentuk dan dibangun pada era pandemi perlu bertahan dengan mencari cara agar perusahaan tersebut tetap berjalan dan tidak kehabisan ide dalam menciptakan inovasi yang kreatif ke pasar. Seringkali kita jumpai lowongan pekerjaan pada perusahaan start-up dengan kualifikasi memiliki kemampuan untuk menciptakan ide-ide kreatif. Untuk mendapatkan karyawan yang memiliki tingkat kreativitas yang tinggi tentu perlu melakukan seleksi, salah satunya melalui tes kepribadian. Namun, apakah kepribadian dapat memprediksi tingkat kreativitas seseorang?

Definisi Kreativitas
Kreativitas adalah kemampuan untuk mengembangkan ide baru dan menemukan cara baru dalam memecahkan suatu masalah. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Suryana (2003) yang menyatakan bahwa kreativitas adalah: “Berpikir sesuatu yang baru”. “Kreativitas sebagai kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan untuk menemukan cara-cara baru dalam memecahkan persoalan dalam menghadapi peluang”. Kreativitas merupakan salah satu hal yang penting. Hal ini karena ketika kita tidak memiliki pemikiran yang kreatif akan menyebabkan kita menjadi pribadi yang kaku dan cenderung hanya mengikuti aturan yang ada tanpa memikirkan terobosan-terobosan terbaru.

Faktor- faktor yang mempengaruhi Kreativitas

Setelah mengetahui pengertian dari kreativitas kita perlu mengetahui faktor apa saja yang dapat mempengaruhi perkembangan kreativitas. Menurut, Munandar (2009) terdapat dua faktor yang mempengaruhi perkembangan kreativitas, yaitu:

  1. Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari atau terdapat pada diri individu yang bersangkutan. Faktor ini meliputi keterbukaan, internal locus of control, kemampuan untuk bermain atau bereksplorasi dengan unsur-unsur, bentuk-bentuk, konsep-konsep, serta membentuk kombinasi-kombinasi baru berdasarkan hal-hal yang sudah ada sebelumnya. Menurut Rogers (dalam Zulkarnain, 2002), kondisi internal (interal press) yang dapat mendorong seseorang untuk berkreasi, di antaranya keterbukaan terhadap pengalaman, kemampuan untuk menilai situasi sesuai dengan patokan pribadi seseorang (internal locus of evaluation), dan kemampuan untuk bereksperimen atau “bermain” dengan konsep-konsep.
  2. Faktor eksternal, yaitu faktor yang berasal dari luar diri individu yang bersangkutan. Faktor-faktor ini antara lain meliputi kebebasan psikologis, sarana atau fasilitas terhadap pandangan dan minat yang berbeda, adanya waktu bebas yang cukup dan kesempatan untuk menyendiri, dorongan untuk melakukan berbagai eksperimen dan kegiatan-kegiatan kreatif, dorongan untuk mengembangkan fantasi kognisi dan inisiatif serta penerimaan dan penghargaan terhadap individual.

Bagaimana Kepribadian bisa mempengaruhi Kreativitas?

Terdapat kesepakatan umum bahwa kreativitas adalah sindrom yang membutuhkan banyak sumber daya dalam diri seseorang (Amabile, 1996; Mumford & Gustafson, 1998; Sternbergand & Lubart,1995). Demikian pula, kepribadian dapat didefinisikan sebagai sistem atribut psikologis yang menggambarkan bagaimana seseorang merasa, berpikir, berinteraksi dengan dunia sosial, dan mengatur perilaku (Funder, 2001; Mayer 2005).

Dalam menggambarkan kepribadian seorang individu yang kreatif, Gelade (2002) menunjukkan bahwa individu yang kreatif adalah otonom, energik dan mandiri, terutama dalam penilaian; mereka tidak mudah angkuh dalam pergaulan. Orang yang memiliki kreativitas yang tinggi biasanya merupakan orang yang mudah beradaptasi, dan menyukai tantangan. Mudahnya beradaptasi menyebabkan individu dapat menemukan ide dan berpikir dengan cepat sedangkan dengan adanya tantangan yang baru membantu individu dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.

Bagaimana Big Five Personality dapat mengukur Kreativitas?

Kepribadian merupakan salah satu faktor yang dapat mengukur kreativitas seseorang. Big Five Personality merupakan salah satu teori dan metode yang dapat mengukur kepribadian serta teori dan metode yang paling diterima secara luas oleh para psikolog saat ini. Big Five Personality sendiri memiliki lima faktor inti, yang dikenal dengan OCEAN. Openness to Experience yang akan menunjukan individu yang terbuka dengan pengalaman baru. Conscientiousness yang mengukur tingkat impulsif, tidak teratur dengan tingkat kedisiplinan serta kehati-hatian. Extraversion yang menampakan kepribadian yang individu yang ramah dan suka bersenang-senang. Agreeableness yang mengukur tingkat kepercayaan dan senang membantu. Serta Neuroticism yang mengukur ketenangan dan percaya diri.

Orang yang memiliki kreativitas yang tinggi merupakan orang yang mudah beradaptasi, senang mencoba hal baru, menyukai tantangan serta senang berimaginasi, juga orang yang suka untuk bersenang-senang. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Jirásek, & Sudzina (2020) pada siswa di Denmark, faktor Openness to Experience dan faktor Extraversion yang dapat mengukur kreativitas. Hasil penelitian menyatakan bahwa faktor Openness to Experience memiliki ciri kepribadian yang langsung berhubungan dengan kreativitas dibandingkan dengan faktor Extraversion. Hal ini dikarenakan tingginya Openness to Experience menunjukan bahwa individu berani untuk mengeksplor hal-hal baru di luar dirinya serta dapat mengkombinasikan hal baru yang didapatkan dengan hal yang sudah ada sebelumnya untuk kemudian dijadikan suatu hal yang baru. Jirásek & Sudzina (2020) juga menemukan hubungan negatif antara faktor Conscientiousness dan kreativitas.

Hasil temuan tersebut juga didukung oleh hasil penelitian lainnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Hamdan & SaÄŸsan (2020), yang melibatkan 320 mahasiswa di Siprus Utara, menunjukan bahwa empat faktor kepribadian dapat mempengaruhi tingkat kreativitas individu dalam berbagai derajat, kecuali Neuroticism.

Kesimpulan


Kreativitas sebagai kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan untuk menemukan cara-cara baru dalam memecahkan persoalan dalam menghadapi peluang. Hal ini diperlukan untuk calon karyawan perusahaan start-up karena diperlukan kreativitas yang tinggi. Salah satu cara untuk mengukur kreativitas adalah dengan tes kepribadian yang menggunakan teori dan metode Big Five. Kreativitas seseorang dapat terlihat melalui faktor Openness to Experience dan Extraversion. Ketika seseorang yang memiliki kreativitas yang tinggi akan menampakan kepribadian yang mudah beradaptasi, berimaginasi, menyukai hal-hal baru, ramah, dan suka bersenang-senang. Sedangkan, individu dengan kreativitas yang rendah cenderung kaku dan hanya mengikuti aturan yang ada tanpa memikirkan terobosan-terobosan terbaru.

— Supported by the Data Analytics & Psychometrics Team of PT Humanika Bisnis Digital.

Referensi

Adhiyatma, M. (2017). Kreativitas siswa ditinjau dari tingkat inteligensi dan kecerdasan menghadapi rintangan di SMPN 13 kota Palu Sulawesi Tengah*.* (Doctoral dissertation, Universitas Mercu Buana Yogyakarta).

D. C. Funder, Personality, Annual Review of Psychology, 52, pp. 197–221, 2001.

Gelade, G. A. (2002). Creative style, personality, and artistic endeavor. Genetic, Social, and General Psychology Monographs, 128(3), 213.

Hamdan, S., AÄŸ, M., & SaÄŸsan, M. (2020). The Moderating Effect of Human Capacities in the Relationship between Personality Traits and Creativity of Architecture Students. International Journal of Early Childhood Special Education (INT- JECSE), 29(5), 896.

J. D. Mayer, A Tale of Two Visions: Can a New View of Personality Help Integrate Psychology? American Psychologist, 80, pp. 294–307, 2005.

Jirásek, M., & Sudzina, F. (2020). Big five personality traits and creativity. Quality Innovation Prosperity, 24(3), 90–105.

M. D. Mumford and S. B. Gustafson, Creativity Syndrome: Integration, Application, and Innovation, Psychological Bulletin, 103, pp. 24–43, 1988.

Mirayanti, D. (2021). Wow, lebih dari 2.100 perusahaan startup sudah beroperasi di Indonesia. Halaman anda tidak ditemukan - Kontan.co.id

Munandar, Utami. (2009). Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta: Rineka Cipta.

Sternbergand, R. J., & Lubart, T. I., Defying the crowd: Cultivating creativity in a culture of conformity*,* The Free Press, New York, 1995.

Suharnan. 2005. Psikologi Kognitif. Surabaya : Srikandi Suriasumantri (ed), 1983. Psikologi Pendidikan. Diakses dari http://www.andragogi.com. Senin, 4 Agustus 2008.

Suryana. 2003. Kewirausahaan, Pedoman Praktis, Kiat dan Proses Menunju Sukses, Edisi Revisi, Jakarta: Salemba Empat.

T. M. Amabile, Creativity in Context, Westview Press, Boulder, Colorado, 1996.

Zulkarnain. 2002. Kreativitas dan Kontrol Diri. Yogyakarta: Ilmu Cendekia