KERJA MAKSIMAL, KEHIDUPAN PRIBADI OPTIMAL (Tips Worklife Balance)

KERJA MAKSIMAL,
KEHIDUPAN PRIBADI OPTIMAL
(Tips Worklife Balance)

Work-Life Balance

Mungkin banyak dari kita yang sudah mulai familiar dengan istilah ini. Awalnya istilah Work-Life Balance lebih sering dijumpai dalam kajian diskusi manajemen dan psikologi industri, namun seiring dengan cepatnya penyerapan penggunaan istilah dalam sosial media, ditambah lagi banyak influencer yang menggunakan istilah ini akhirnya semakin familiar di benak kita.

Memang menjadi tantangan bagi para perintis karir yang bekerja di sebuah perusahaan. Beban kerja yang dirasa semakin hari semakin berat, banyak deadline yang harus selesai dalam waktu berdekatan membuat kehidupan pekerjaan rasanya penuh sesak bahkan seringkali mengambil waktu kehidupan pribadi.

Sehingga ramailah pembahasan mengenai Worklife-Balance, sebagai pengingat akan kesadaran tentang pentingnya keseimbangan antara kehidupan pekerjaan dengan kehidupan pribadi.

Lalu bagaimana langkah yang bisa dilakukan agar Work-Life Balance bisa kita dapatkan? Yuk kita bahas dalam artikel ini.

#1 KENDALIKAN DIRI

Ketika kita memutuskan untuk bekerja, maka hal pertama yang perlu kita sadari adalah adanya tugas dan deadline merupakan hal yang mutlak atau pasti akan terjadi. Seringkali individu merasa mudah stress dan punya daya tahan yang tidak cukup kuat terhadap berbagai tugas yang perlu diselesaikan adalah karena belum menerima sepenuhnya bahwa ia sedang bekerja.

Seringnya melihat postingan liburan, healing, jalan-jalan dari teman-teman kita di sosial media membuat alam bawah sadar kita berpikir bahwa seharusnya kita juga memiliki waktu yang banyak untuk berlibur dan bersantai.

Langkah pertama yang bisa dilakukan untuk mendapatkan Work-Life Balance adalah dengan mengendalikan diri, memahami bahwa pekerjaan yang ada adalah tanggung jawab kita dan membandingkan keseharian kita dengan orang lain bukanlah sikap yang tepat. Karena setiap langkah yang kita pilih, adalah tanggung jawab kita. Dan setiap pilihan, tentu punya konsekuensi.

#2 BUAT SKALA PRIORITAS

Yang membuat individu mudah merasakan lelah dalam bekerja salah satunya karena merasa terlalu banyaknya tugas yang dikerjakan. Alih-alih menyelesaikannya, justru malah stagnan, stuck, dan lebih banyak mengeluh karena banyaknya tugas yang harus diselesaikan.

Seperti halnya benang yang kusut, kita hanya perlu mengurainya pelan-pelan. Dalam konteks pekerjaan, mengurai benang kusut bisa dilakukan dengan cara mengurai pekerjaan kita satu per satu.

Di tengah perkembangan industri yang sangat cepat tentu berimbas pada load pekerjaan yang tinggi. Maka kita perlu menyusun skala prioritas. Urutkanlah pekerjaan berdasarkan urgensinya, seperti membuat list-to-do, dashboard pekerjaan, ataupun schedule sebagai patokan waktu penyelesaian pekerjaan kita.

Tanpa adanya skala prioritas, kita akan merasa pekerjaan sangat crowded karena tidak tersusun atau terorganisir dengan rapi di kepala kita.

#3 BERKOMUNIKASI TERBUKA

Sebagai karyawan, sering pula merasa sungkan atau tidak berani untuk menyampaikan pendapat kepada atasan. Sebaiknya saat kita merasa load pekerjaan kita melebihi kemampuan, komunikasikan kepada atasan.

Tidak bisa dipungkiri, atasan pun seringkali memberikan jawaban yang mengatasnamakan target bisnis sebagai penyebab utama banyaknya load pekerjaan. Tetapi paling tidak, atasan kita tahu bahwa pekerjaan yang dibebankan ke kita terlalu banyak, dan ada resiko ketidakoptimalan hasil dan ketepatan waktu jika beban tersebut dipaksakan kepada kita.

Setiap orang punya batas maksimalnya sendiri untuk menangani suatu pekerjaan. Sesekali, mengerjakan pekerjaan dengan load tinggi akan membuat kita mendapatkan berbagai skill baru dan insight baru dalam pekerjaan. Namun, jika terjadi dalam waktu yang cukup panjang bukannya membuat kapasitas kita meningkat tapi justru membuat kita mengalami kelelahan berlebih (burnout) yang mengakibatkan tidak optimalnya performa kerja kita.

Itulah pentingnya bagi perusahaan untuk melakukan WLA (Work Load Analysis) atau analisa beban kerja untuk memastikan bahwa porsi pekerjaan yang diberikan tepat. Jika kinerja karyawan tidak maksimal, tentu akan berdampak juga pada pencapaian bisnis. Jika target bisnis menjadi tujuan, maka manajemen juga perlu menganalisa dan mengevaluasi beban kerja yang diberikan kepada setiap karyawannya.

#4 TETAPKAN WAKTU DAY-OFF

Cobalah untuk melatih diri untuk melepas aktivitas pekerjaan saat waktu libur atau waktu luang. Lakukan berbagai hobi atau aktivitas yang disukai, agar psikis kita punya cukup waktu untuk berelaksasi.

Manfaatkan dan nikmati setiap momen hari libur yang kita dapatkan, tidak perlu membandingkan cara kita berlibur dengan cara orang lain berlibur. Bahagiakan diri dengan aktivitas yang menyenangkan agar energi kita terisi penuh tanpa terbagi dengan pekerjaan. Atur waktu dan pikiran se-terorganisir mungkin, karena salah satu hal yang membuat lelah kita cukup panjang adalah karena memikirkan pekerjaan di waktu yang tidak tepat.

Atur rencana kerja di sore/malam hari sebelum kembali mulai bekerja.

—–

Itulah beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mendapatkan Work-Life Balance.

Atur waktu semaksimal mungkin saat bekerja, pastikan tidak ada distract yang tidak perlu saat bekerja seperti notifikasi sosmed, scroll sosmed, agar waktu kerja berjalan optimal dan pekerjaan bisa selesai dengan efisien.

Karena tanpa sadar, bisa jadi bukan load pekerjaannya yang banyak, tetapi bisa jadi saat bekerja kita sering ter-distract oleh banyak hal yang sebetulnya tidak perlu kita berikan perhatian saat jam kerja.

Atur waktu seefisien mungkin, fokuslah bekerja saat waktu bekerja, dan bersantailah saat waktunya bersantai.

– Ilham A.

1 Suka