Tim Penulis: Rizky Qastrunada Fatria, Nur Adnan Sarofattullah
Sejak lama, kecerdasan dianggap sebagai penentu kesuksesan seseorang dalam hidup. Tidak sedikit individu yang menganggap bahwa semakin tinggi tingkat kecerdasan seseorang maka akan semakin sukses ia dalam hidup, seperti mudah bergaul, berprestasi di sekolah, dan mendapatkan kerja yang diimpikan oleh kebanyakan orang. Seiring dengan tingginya pendidikan seseorang, maka kecerdasan yang dimilikinya akan semakin tinggi (Kaufman, 2009). Di Indonesia, hasil dari tes kecerdasan biasanya digunakan untuk menjadi salah satu tolak ukur saat akan memasuki dunia pendidikan maupun pekerjaan. Namun, tidak ada batasan yang pasti untuk seseorang dapat mendapatkan pendidikan atau pekerjaan.
Penggunaan skor kecerdasan seseorang di dalam dunia kerja digunakan untuk memprediksi job performance seseorang (Richardson & Norgate, 2015), dan kepuasaan seseorang di tempat kerja jika diiringi dengan kompleksitas suatu pekerjaan (Ganzach, 1998). Pada bidang pendidikan, tidak dipungkiri lagi jika kecerdasan dapat memprediksi academic achievement seseorang (Bergold dan Steinmayr, 2018). Selain pada dua bidang tersebut, kecerdasan seseorang umumnya dikaitkan pula dengan kreativitas individu (Jauk, Benedek, Dunst, dan Neubauer, 2013). Dari banyaknya potensi yang dapat diprediksi oleh kecerdasan, sebenarnya terdapat faktor lain yang dapat mempengaruhi, salah satunya merupakan kepribadian individu.
Sama seperti kecerdasan, kepribadian juga dapat memprediksi job performance (Pelt, Linden, Dunkel, dan Born, 2017) dan job satisfaction seseorang di tempat kerja (Mehrad, Hamsan, Redzuan, dan Abdullah, 2015). Kedua potensi ini dapat dipengaruhi oleh faktor situasional, seperti karakteristik pekerjaan, organisasi dan rekan kerja (Strümpfer, Danana, Gouws & Viviers, 1998), dan oleh faktor disposisional. Variabel disposisional dapat digambarkan sebagai karakteristik kepribadian, kebutuhan, sikap, preferensi dan motif yang menghasilkan kecenderungan untuk bereaksi terhadap situasi dengan cara yang telah ditentukan sebelumnya (House, Shane & Herrold, 1996). Tidak seperti kecerdasan, kepribadian umumnya tidak memiliki dampak yang buruk bagi karyawan yang kurang beruntung atau memiliki tingkat kecerdasan yang tidak terlalu tinggi (Hogan, Hogan & Roberts, 1996)
Pada bidang pendidikan, bukan suatu hal yang baru lagi jika kecerdasan dapat memprediksi potensi siswa untuk berprestasi di sekolah. Namun, tidak disangka jika kepribadian individu juga memiliki peran dalam memprediksi prestasi siswa (Hakimi, Hejazi dan Lavasani, 2011). Individu akan lebih menyukai jika berada pada situasi yang sesuai dengan kepribadian yang dimiliki (Caspi, Robert, dan Shiner, 2005). Hal tersebut dapat diartikan jika keadaan sekolah dapat membuat individu nyaman untuk mengeksplor dirinya lebih jauh atau dengan maksimal, maka hal tersebut dapat mendorong siswa untuk berprestasi.
Kepribadian juga dapat menjadi prediktor dalam kreativitas seseorang (Rodriguez, Cheban, Shah, dan Watts, 2020). Individu dengan kepribadian yang terbuka dengan hal baru, mereka lebih yakin dan berani dalam menghadapi resiko untuk mencari pengalaman baru (McCrae, 1987). Individu yang sering menghadapi rangsangan atau pengalaman yang baru cenderung akan lebih kreatif.
Kepribadian seseorang juga dapat menjadi faktor dalam bagaimana seseorang memimpin suatu kelompok. Dalam dunia kerja, seorang pemimpin dapat mempengaruhi faktor-faktor penting keberhasilan organisasi seperti motivasi, kinerja, dan efektivitas. Özbağ (2016) menyatakan bahwa kepribadian seseorang dapat memprediksi kemampuan seseorang dalam memimpin, adanya perbedaan kepribadian setiap individu maka akan berbeda pula bagaimana ia memimpin suatu kelompok.
Kesimpulan
Semakin berkembangnya zaman, peneliti menemukan faktor lain dalam memprediksi potensi seseorang. Sebelumnya, kecerdasan dianggap sebagai faktor yang paling mempengaruhi, namun saat ini kepribadian seseorang juga tidak dapat dianggap sebelah mata. Sama seperti kecerdasan, kepribadian juga dapat memprediksi job performance, job satisfaction, prestasi siswa, kreativitas, bahkan bagaimana individu berperan sebagai pemimpin.
Gambar 1. Kesimpulan
Diskusi
Pada awalnya IQ atau kecerdasan dianggap lebih penting dibandingkan dengan hal lain saat memprediksi kesuksesan seseorang di masa depan. Namun, Cotrus, Stanciu, dan Bulborea (2012) mengungkapkan bahwa dalam kesuksesan hidup seseorang, emotional intelligence (EI) sama pentingnya dengan kecerdasan seseorang, bahkan 80% kesuksesan seseorang di tempat kerja difaktori oleh EI dan sisanya oleh kecerdasan. IQ dikenal sebagai bagaimana seseorang mengelola pengetahuan atau ide yang ia miliki, sedangkan EI merupakan bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain. Seseorang dengan IQ yang tinggi namun tidak dapat menjaga hubungan dengan teman atau atasan di tempat kerjanya, biasanya lebih sulit untuk mendapatkan promosi.
Emotional intelligence sendiri dalam beberapa tahun terakhir dianggap memiliki karakteristik yang serupa dengan kepribadian oleh beberapa ahli. EI dan kepribadian dapat didefinisikan sebagai kemampuan individu untuk berpikir dan merasakan suatu emosi. Selain definisi keduanya yang serupa, alat ukur EI dan kepribadian juga memiliki hubungan yang kuat. Keduanya merupakan gabungan dari ciri-ciri kepribadian dan diharapkan efektif dalam usaha sosial.
Pérez-González dan Sánchez-Ruiz (2014) melakukan penelitian mengenai hubungan kepribadian dengan emotional intelligence. Dari tiga alat ukur yang digunakan untuk mengukur kepribadian, yaitu big five, B2 (plasticity dan stability), dan general factor of personality, ketiganya memiliki hubungan yang signifikan dengan EI. Maka dari itu Pérez-González dan Sánchez-Ruiz menyatakan bahwa EI dapat dianggap sebagai bagian dari faktor umum kepribadian.
— Supported by the Psychometrics & Data Analytics Team of PT. Humanika Bisnis Digital.
Referensi
Bergold, S., & Steinmayr, R. (2018). Personality and intelligence interact in the prediction of academic achievement. Journal of Intelligence
Caspi, A., Roberts, B. W., & Shiner, R. L. (2005). Personality development: Stability and change. Annual Review of Psychology, 56, 453–484.
Cotrus, A., Stanciu, C., & Bulborea, A, A. (2012). EQ vs IQ which is most important in the success or failure of a student?. Procedia- Social and Behavioral Sciences. 46, 5211–5213.
Ganzach, Y. (1998). Intelligence and job satisfaction. Academy of Management Journal, 41(5), 526–539.
Hakimi, S., Hejazi, E., & Lavasani, M, G. ( 2011). The relationships between personality traits and students academic achievement.
Hogan, R., Hogan, J. & Roberts, B.W. (1996). Personality measurement and employment decisions: Questions and Answers. American Psychologist, 51, 469–477.
House, R, J., Shane, S, C., & Herold, D, M. (1996). Rumors of the death of dispositional research are vastly exaggerated. Academy of Management Review. 21 (1).
Kaufman, Alan S. (2009). IQ Testing 101. New York: Springer Publishing
McCrae, R.R. (1987). Creativity, divergent thinking, and openness to experience. Journal of Personality and Social Psychology, 52, 1258–1265
Mehrad, A., Hamsan, H, H. B., Redzuan, M, B., Abdullah, H. (2015). The role of personality factors on job satisfaction among academic staff at public research university. Journal of Educational, Health, and Community Psychology. 4(1).
Richardson, K., & Norgate, S, H. (2015). Does IQ really predict job performance?. Applied Developmental Science. 19(3), 153–169.
Rodriguez, W, A., Cheban, Y., Shah, S., Watts, L, L. (2020). The general factor of personality and creativity: diverging effects on personal and interpersonal idea evaluation. Personality and Individual Differences.
Özbağ, G, K. (2016). The role of personality in leadership: five factor personality traits and ethical leadership. Procedia- Social and Behavioral Sciences.
Pérez-González, J. C., and Sánchez-Ruiz, M. J. (2014). Trait emotional intelligence
anchored within the big five, big two and big one frameworks. Personality and Individual Differences . 65, 53–58.
Strümpfer, D.J.W., Danana, N., Gouws, J.F. & Viviers, M.R. (1998). Personality dispositions and job satisfaction. South African Journal of Psychology, 28, 92–100.